Begitu fajar sudah menampakkan diri, mulailah ramai
aktivitas yang
dilakukan masyarakat, khususnya para penjual sayur di daerah Paket,
Kecamatan Tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat.
Mereka Seolah rombongan pembalap motor yang ingin memenangkan
perlombaan.
Jalan yang ditempuh sekitar 2 jam menggunakan sepeda motor. Walaupundilakukan masyarakat, khususnya para penjual sayur di daerah Paket,
Kecamatan Tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat.
Mereka Seolah rombongan pembalap motor yang ingin memenangkan
perlombaan.
sangat rawan dan licin, tetapi semangat mereka tidak pernah pudar.
Mereka membawa barang yang beraneka ragam yang tentunya itu merupakan
hasil perkebunan mereka seperti buncis, terung, cabai, keladi, lada,
tomat, petai dan berbagai jenis sayuran musiman.
Barang-barang yang mereka bawa tentunya akan mereka tukar dengan
lembaran Ringgit. Dari lembaran Ringgit itulah yang menopang hidup
keluarga mereka.
“Kami harus membawa bekal seperti bensin dan pompa tangan,” tutur Teo
salah seorang penjual sayur di perbatasan.
Siapa yang harus disalahkan, menjual hasil bumi ke negara tetangga?
Petani? Pembeli?
Mereka saling membutuhkan. Mereka melakukan itu untuk hidup. Walaupun
nyawa mereka dipertaruhkan di antara jurang dan suram. Licin dan
terjal. Itulah perjuangan hidup.
Andai saja Indonesia bisa menampung hasil bumi tersebut dengan harga
yang sesuai dan kuantitas yang tidak dibatasi, mereka akan memilih
menjual di negara sendiri untuk kepentingan bangsa sendiri. Tidak
heran di Malaysia terkenal sebagai negara dengan hasil pertaniannya
baik, bagus, dan berkualitas.
Itu merupakan hasil pertanian Indonesia khususnya yang ada di
perbatasan, yang dijual di Malaysia juga tentunya hasil pertanian
kualitas terbaik yang sudah dipilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar