Senin, 14 Oktober 2013

Tangan-Tangan kekar

Dibawah terik matahari, masih terdengar sayup-sayup segelintir para wanita di tengah ladang nan luar. Inilah kegiatan yang dilakukan oleh para wanita di desa saya di kecamatan tujuh belas kabupaten Bengkayang kalimantan barat. Mereka adalah para wanita-wanita kekar tidak pernah menyerah. Mereka bekerja secara pangari bersama wanita-wanita yang ada di desa tersebut. Dalam pangari tersebut tidak hanya para wanita tetapi juga para pria.
Setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama baik pria maupun wanita. Oleh karena itu wanita juga dituntuk untuk bisa mengerjakan pekerjaan berat yang biasanya dilakukan oleh para pria. Tangan yang lembut juga bisa mengangkat beban yang berat yang seharusnya tidak dikerjakan oleh para wanita biasanya.
Selama bekerja antara pria dan wanita tidak ada pembedaan. Pekerjaan yang seharusnya dilakukan para pria itu malah bisa dikerjakan oleh para wanita dengan telaten. Hasil kerjanya juga malah lebih rapi. Tidak satu pun para wanita di desa kami mengeluh dalam menjalankan kegiatan sehari-hari mereka.
Para wanita ini bahkan dengan sukarela melakukan pekerjaan suaminya. Inilah makna sebuah kehidupan yang saya dapatkan dari para wanita didesa saya yang bertangan kekar. Saya sungguh bangga pada wanita di desa saya yang tangguh. 

Minggu, 13 Oktober 2013

Baradap Mengiring Adat

Siapa yang tak kenal musik??? semua orang dari yang muda sampai yang tua, dari yang besar sampai yang kecil kenal musik. musik bahkan ada yang sudah mendarah daging, bahkan ada orang yang mengantungkan hidupnya pada musik. Contohnya para pemain musisi, mereka bermain musik untuk menapkahi hidup mereka dan keluarganya. Bahkan tidak jarang para musisi ini sukses di bidang yang digelutinya.
Musik itu sendiri terdiri dari berbagai aliran seperti musik rock, musik dangdut, musik pop, dan sebagainya. Jenis alat musik yang dimainkan juga terdiri dari berbagai jenis diantaranya alat musik modern dan alat musik tradisional. Alat musik modern seperti piano, gitar, biola, Drum, dan lain-lain. Sedangkan alat musik tradisional seperti gong, kecapi, angklung, kulintang, beduk, suling, gendang, dan sebagainya tergantung dari daerahnya.
yups sekarang kita intip yuk, apa sih kaitan baradap dengan musik??
Dalam upacara-upacara adat di dusun semawing, Kecamatan tujuh belas kabupaten bengkayang, Kalimantan barat selalu diiringi baradap. Baradap inilah yang membuat suasana suatu upacara terlihat hidup. Baradap ini sendiri berasal dari bahasa bekati'k yang artinya bergendang. Bergendang ini sama artinya dengan bermain musik. Perbedaannya jika baradap kegiatan memainkan alat musik tradisional untuk mengiringi suatu upacara adat. Ketukan dan iramanya sudah diturunkan dari zaman nenek mmoyang sampai sekarang. Jika ada ketukan yang tidak sesuai dengan irama dalam upacara adat tersebut bisa berakibat patal. Artinya dalam istilah orang dayak salah jalan atau sesat. Baradap ini sendiri menggunakan alat musik tradisional yang digunakan dalam acara-acara adat seperti upacara gawai, upacara berobat, upacara kawinan, upacara kematian dan upacara selamatan orang dayak.
Alat musik yang digunakan untuk baradap ini antara lain Bande, gong, kulintang, tumba'k. sabang'k. Cara memainkan alat ini juga berbeda dan tiap alat sudah punya ketukan masing-masing. Bande dimainkan dengan cara dipukul sebanyak tujuh kali. Memukulnya tepat di bulatan yang timbul dan pukulannya seolah membentuk gelombang transversal. Awal pemukulan pelan, pukulan kedua agak nyaring dari yang pertama san seterusnya sampai pukulan keempat dan kelima nyaring kemudian keenan dan ketujuh pelan kembali. Yang berhak memukul bande ini juga khusus penetua adat dalam upacara adat yang diselenggarakan. Bande ini untuk mengiringi doa/mantera yang dibaca penetua adat tersebut. Bande ini tidak dimainkan bersamaan dengan alat yang lain.
Gong, kulintang, tumbak, sabang'k dimainkan secara bersamaan pada upacara adat seperti upacara berobat (bari' dan balenggang), dan upacara pembuuaak gawai. Masing-masing juga sudah punya panduan ketukan sendiri.
Orang yang bisa memainkan alat musik belum tentu bisa baradap, karena dalam baradap harus ada sinkronisasi dengan pemain yang lain. Oleh karena itu pada saat ada upacara tertentu sulit mencari orang yang pandai. Supaya bisa baradap, seseorang harus punya kemauan yang tinggi. Harus memperhatikan dengan seksama bagaimana ketukannya, dan untuk setiap upacara yang berbeda, baradapnya juga berbeda walaupun alat yang digunakan sama.
Baradap ini sendiri hanya dilakukan oleh kaum pria. Dari dulu sampai sekarang kaum wanita juga tidak boleh baradap pada upacara adat. Oleh karena itu orang yang bisa baradap tergolong langka.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Pangari

Istilah pangari sudah banyak digunakan oleh lembaga tertentu untuk menamai produk itu. Istilah pangari itu sendiri berasal dari bahasa dayak bekati'k "pangari" yang artinya bergantian. Dalam kegiatan sehari-hari masyarakat di di kecamatan tujuh belah kabupaten bengkayang kalimantan barat, tepatnya di dusun semawing masih melestarikan budaya pangari. Pangari seolah sudah mendarah daging dimasyarakat semawing. sehingga hampir semua masyarakat terlibat dalam pangari dan hampir semua pekerjaan diselesaikan dengan pangari.
Pangari itu sendiri tidak hanya untuk para orang tua saja, tetapi juga melibatkan para kaum muda yang sudah bisa bekerja. Bekerja dengan pangari ini menjadikan pekerjaan yang berat menjadi ringan. Masyarakat jadi bergotong royong dalam bekerja sehingga menambah keakraban antar masyarakat.
Sistem kerja di pangari itu sendiri dilakukan secara bergiliran sesuai dengan jumlah anggota. Dalam perhitungan kerjanya tidak ada yang dirugikan. Artinya jika dalam satu keluarga mengirimkan 2 orang maka jika sudah dapat giliran si pengirim tadi maka orang yang bersangkutan wajib membalasnya dengan mengirim 2 orang. Begitu seterusnya.
Makanya dalam pangari di kenal istila "na'ap" dan "malas". Na'ap artinya ambil. Maksud dari ambil (na'ap) adalah jika seorang anggota bekerja ketempat anggota lain tetapi anggota lain tersebut belum bekerja di tempat dia. 'Malas' artinya balas. Maksud dari balas (malas) adalah kebalikan dari (na'ap). Maksudnya bahwa setelah anggota A bekerja di tempat anggota B tadi, maka hari berikutnya anggota B tersebut bekerja ke tempat si anggota A. Maka anggota B disebut malas ari anggota A(balas hari kerja anggota A).
Dalam kegiatan pangari ini setiap anggota wajib mengingat berapa orang dia malas dan berapa orang dia na'ap. Tujuannya untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Tujuan lain sebagai penentu kapan giliran anggota tersebut bisa narik untuk bekerja di tempat dia pada hari berikutnya.
Pangari ini sendiri biassanya dilakukan setiap hari kecuali hari minggu. Jika ada anggota yang berhalangan hadir tidak menjadi masalah karena setiap anggota punya perhitungan na'ap dan malas. Pangari ini dilakukan seharian, mulai kerja jam 8 pagi dan pulang jam 5 sore. Selama kegiatan pangari yang menanggung makan adalah yang empunya gawe artinya yang menanggung makan anggota yang mendapat giliran. Setiap anggota hanya membawa beras 1 canting per orang untuk bantuan makan ke tuan gawe.
Selama kegiatan berlangsung, ada 3 kali istirahat. Istirahat yang pertama sekitar jam 10 pagi. Istirahat yang pertama biasanya makan kue dan minum kopi. Kadang ada yang makan bubur tergantung dari tuan gawenya menyediakan apa untuk istirahat yang pertama. Istirahat kedua makan siang, biasanya sekitar jam 12 siang sampe jam 13.30 siang. Istirahat ketiga sekitar jam 3 sore, minum kopi dan makan kue.
Dalam kegiatan pangari ini persatuan dan kebersamaan masyarakat semakin kuat. Baik pada saat makan ataupun menyelesaikan pekerjaan. Walaupun waktu kerjanya lama tetapi terasa sebentar. Walaupun pekerjaannya berat tetapi terasa ringan dan cepat selesai. Oleh karena itu kegiatan ini wajib untuk dilestarikan oleh generasi muda.

Jumat, 11 Oktober 2013

Teruskan anyaman kami

manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya diantara mahluk ciptaan Tuhan lainnya. oleh karena itu manusia patut bersyukur atas anugerah yang diberikannya. Manusia diberikan akal dan budi serta bakat yang sungguh tak ternilai harganya. Tetapi jika diluar sana kita masih menemukan orang yang tidak mengenal budi, apakah itu artinya dia bukan manusia?atau budinya sudah mati?
jika masalah seperti itu saya juga tidak mengerti kenapa bisa?. padahal kodratnya manusia itu diciptakan dengan akal dan budi. atau kah karena akal budinya sudah tertutup oleh napsu duniawi? yah itulah manusia. yups kita kembali ke topik....
manusia juga diberikan oleh Tuhan otak yang cerdas dan bakat tersendiri. Tetapi terkadang orang beranggapan salah. Mereka tidak bisa melakukan ini itu karena tidak punya bakat. wuah itu sebenarnya pernyataan yang salah besar. Manusia itu punya bakat masing-masing yang kadang kita sendiri tidak menyadarinya. Bakat itu sendiri akan berkembang jika terus dilatih. Jadi jika ada bakat yang tidak dilatih dengan baik maka bakat itu juga akan terpendam.
Makanya banyak yang mengatakan bakat terpendam. yang jelas kunci dari sebuah keberhasilan adalah latihan latihan latihan dan terus latihan. Niscaya pekerjaan sesulit apapun akan bisa diatasi karena manusia sudah diberian akal.
Ini juga yang banyak terjadi dikalangan generasi muda. Mereka cenderung menyerah dulu sebelum mencoba, mungkin karena semakin majunya peradaban manusia sehingga segala sesuatunya bisa diperoleh secara mudah, sehingga motivasi untuk latihan latihan dan latihan tidak ada. Hal ini terjadi pada kegiatan menganyam tradisional. Sebagai contoh coba cari anak muda yang bisa menenun atau merajud, masih ada tidak? kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit dan langka.
hal ini terjadi mungkin karena faktor kesibukan para generasi muda. Pada umumnya mereka terlalu sibuk dengan perkembangan teknologi seperti internetan, main game, nonton, dan sebagainya sehingga ada hal penting yang mereka lupakan. Terkadang generasi muda ini di ajak unuk mencoba melestarikan anyaman, tetapi ada yang mengatakan ah pusing, ndak bakat, kuno, capek, ah tinggal beli aja di pasar ndak menghabiskan waktu dan tenaga. itulah pernyataan yang dikeluarkan yang tanpa mereka sadari bahwa mereka menghilangkan khazanah bangsa yang seharusnya tetap lestari.
Kasus seperti ini juga bahkan menimpa generasi yang di desa. Banyak pemuda pemudi densa yang tidak bisa menerukan kepandaian orang tuanya dalam menganyam. seperti yang terjadi di desa saya dan di sekitarnya yang pandai menganyam (dalam bahasa bekati,k "baranyam") hanya orang yang tua-tua saja, sementara yang muda tidak bisa. Untuk bisa mendapatkan anyaman yang dipergunakan sehari-hari ke ladana biasanya dibeli ke orang yang pandai. Tetapi usaha untuk belajar tidak ada. Jika suatu saat orang-orang tua yang pandai beranyam itu tidak ada berarti punahlah anyaman di desa ku.
Anyaman dari desa kami dan sekitarnya yang masih sering digunakan unuk keperluan sehari-hari seperti caping (lima), bakul(Takat dan raga'k, takin (Takit,n), Takin kecil (topo'ng), penyapu(panyapu'), Takin (basek, ransak, ), bubu (ijo), tangguk (tango'k), pengangkat tanah (tango'k tane')bakul pencuci lada (olo),tikar(bido), penampi(lipak), tikar dari tipo(tapek'), bidai(bide), penjemur daari bambu (Daku), takin besar (ombon), ayak beras (ayak), atap dari rumbia (aro), dan masih ada beberapa lagi.
Pesan saya, mari kita lestarikan anyaman sebagai khazanah bangsa.

Memajukan Kerajinan Tangan Diantara dua negara

Siapa yang tidak tau anyaman???
salah satu daerah yang kaya akan hasil kerajinan tangan berupa anyaman adalah di Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat. Berbagai jenis anyaman berkembang dari yang berbahan bambu, rotan bahkan kulit kayu. Pada awalnya anyaman-anyaman ini digunakan untuk kebutuhan sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman, anyaman-anyaman ini tidak lagi untuk kebutuhan sendiri. Melainkan mulai di ekspos ke luar. Anyaman ini mulai dijual dan penjualannya mulai merambah ke negara tetangga, (malaysia). Terutama daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Anyaman ini bahkan menjadi komoditas yang menjadikan dan bernilai.
Contoh anyaman yang menjadi andalan antara lain bidai, bakul dan sejenisnya. Anyaman ini sendiri belum ada hak paten yang mengakui secara resmi bahwa anyaman-anyaman tadi milik siapa. Jangan sampai kejadian seperti kasus tari reog atau kasus tari tor-tor terjadi dengan anyaman kita.
Anyaman ini sendiri sepertinya dengan bebasnya melanglang buana ke negeri tetangga. Bahkan dari mereka juga memiliki anyaman yang serupa dengan kita. Sehingga terkadang kita tidak bisa membedakan yang mana karya kita dan yang mana bukan karya kita. Hal ini disebabkan belum ada tanda pengenal untuk anyaman kita. Tanda pengenal yang dipatenkan dan diakui secara hukum. Buah apel saja ada labelnya sehingga kita tau asal buah tersebut. Seharusnya anyaman juga diharapkan seperti itu.