manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya diantara mahluk ciptaan Tuhan lainnya. oleh karena itu manusia patut bersyukur atas anugerah yang diberikannya. Manusia diberikan akal dan budi serta bakat yang sungguh tak ternilai harganya. Tetapi jika diluar sana kita masih menemukan orang yang tidak mengenal budi, apakah itu artinya dia bukan manusia?atau budinya sudah mati?
jika masalah seperti itu saya juga tidak mengerti kenapa bisa?. padahal kodratnya manusia itu diciptakan dengan akal dan budi. atau kah karena akal budinya sudah tertutup oleh napsu duniawi? yah itulah manusia.
yups kita kembali ke topik....
manusia juga diberikan oleh Tuhan otak yang cerdas dan bakat tersendiri. Tetapi terkadang orang beranggapan salah. Mereka tidak bisa melakukan ini itu karena tidak punya bakat. wuah itu sebenarnya pernyataan yang salah besar. Manusia itu punya bakat masing-masing yang kadang kita sendiri tidak menyadarinya. Bakat itu sendiri akan berkembang jika terus dilatih. Jadi jika ada bakat yang tidak dilatih dengan baik maka bakat itu juga akan terpendam.
Makanya banyak yang mengatakan bakat terpendam. yang jelas kunci dari sebuah keberhasilan adalah latihan latihan latihan dan terus latihan. Niscaya pekerjaan sesulit apapun akan bisa diatasi karena manusia sudah diberian akal.
Ini juga yang banyak terjadi dikalangan generasi muda. Mereka cenderung menyerah dulu sebelum mencoba, mungkin karena semakin majunya peradaban manusia sehingga segala sesuatunya bisa diperoleh secara mudah, sehingga motivasi untuk latihan latihan dan latihan tidak ada. Hal ini terjadi pada kegiatan menganyam tradisional. Sebagai contoh coba cari anak muda yang bisa menenun atau merajud, masih ada tidak? kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit dan langka.
hal ini terjadi mungkin karena faktor kesibukan para generasi muda. Pada umumnya mereka terlalu sibuk dengan perkembangan teknologi seperti internetan, main game, nonton, dan sebagainya sehingga ada hal penting yang mereka lupakan. Terkadang generasi muda ini di ajak unuk mencoba melestarikan anyaman, tetapi ada yang mengatakan ah pusing, ndak bakat, kuno, capek, ah tinggal beli aja di pasar ndak menghabiskan waktu dan tenaga. itulah pernyataan yang dikeluarkan yang tanpa mereka sadari bahwa mereka menghilangkan khazanah bangsa yang seharusnya tetap lestari.
Kasus seperti ini juga bahkan menimpa generasi yang di desa. Banyak pemuda pemudi densa yang tidak bisa menerukan kepandaian orang tuanya dalam menganyam. seperti yang terjadi di desa saya dan di sekitarnya yang pandai menganyam (dalam bahasa bekati,k "baranyam") hanya orang yang tua-tua saja, sementara yang muda tidak bisa. Untuk bisa mendapatkan anyaman yang dipergunakan sehari-hari ke ladana biasanya dibeli ke orang yang pandai. Tetapi usaha untuk belajar tidak ada. Jika suatu saat orang-orang tua yang pandai beranyam itu tidak ada berarti punahlah anyaman di desa ku.
Anyaman dari desa kami dan sekitarnya yang masih sering digunakan unuk keperluan sehari-hari seperti caping (lima), bakul(Takat dan raga'k, takin (Takit,n), Takin kecil (topo'ng), penyapu(panyapu'), Takin (basek, ransak, ), bubu (ijo), tangguk (tango'k), pengangkat tanah (tango'k tane')bakul pencuci lada (olo),tikar(bido), penampi(lipak), tikar dari tipo(tapek'), bidai(bide), penjemur daari bambu (Daku), takin besar (ombon), ayak beras (ayak), atap dari rumbia (aro), dan masih ada beberapa lagi.
Pesan saya, mari kita lestarikan anyaman sebagai khazanah bangsa.