Perdagangan yang dilakukan antara dua negara Malaysia-Indonesia sudah sejak dahulu dilakukan. Diawal-awal setelah Indonesia merdeka juga telah dilakukan perdagangan. Tetapi caranya berbeda dengan sekarang.
Di kecamatan tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang, Kal-Bar, beberapa masyarakat menjual hasil buminya ke malaysia. Zaman itu dikenal dengan Zaman " SEMUKIL" dan pasar di Malaysia yang menjadi tujuan berjualan bukan serikin. Melainkan dikenal dengan nama "Sarawak".
Untuk berjualan hasil buminya, Masyarakat harus berjalan kaki melewati hutan berhari-hari. Mereka memilih berjualan di sarawak karena hasil bumi pada zaman itu kurang laku di pasar sendiri. Jika jumlahnya sudah banyak di pasar maka barang jualan mereka harus dibawa pulang alias tidak laku.
Oleh karena itu masyarakat juga rela berjalan kaki berjualan di sarawak, dengan harapan barang bawaan mereka laku dengan harga yang lumayang tinggi.Barang yang dibawa juga tidak menggunakan sepeda motor seperti sekarang. Barang bawaan di ambing dengan alat penggendong yang diletak di pundak. Sehingga jumlah bawaan juga terbatas.
Sepulang dari Sarawak, masyarakat tersebut juga membawa barang seperti peralatan dapur. Peralatan dapur yang dibawa seperti kuali, periuk, dan jam dinding. Orang-oranag biasa menyebutnya jam dinding antik, periuk sarawak, dan kuali sarawak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar