Jumat, 16 Maret 2012

HEWAN BURUAN MENJADI KOMODITAS BERNILAI TINGGI DI PASAR PERBATASAN MALAYSIA-INDONESIA

Berburu merupakan aktivitas masyarakat yang sejak jaman manusia purba sampai sekarang masih dilakukan. Berburu saat ini di kalangan masyarakat dayak hanya untuk mengisi waktu senggang.
Bahkan ada juga karena hobi. Akhir-akhir , berburu bukan lagi untuk mengisi waktu senggang. Tetapi sudah menjadi mata pencarian. 
Kegiatan berburu juga tidak lagi dilakukan oleh masyarakat dayak saja. Kegiatan berburu juga dilakukan oleh suku-suku lain yang tinggal di sekitar daerah perbatasan Malaysia Indonesia seperti jawa, batak, dan lain-lain. Alasan mereka berburu karena harga binatang buruan lebih mahal. Hasil buruan itu kemudian di jual dengan penadah/calo dan kemudian oleh pedagang penadah/calo dibawa ke pasar serikin (pasar di perbatasan Malaysia Indonesia di Kabupaten Bengkayang, Kal-Bar).
Disatu sisi masyarakat berburu untuk memenuhi kebutuhan yang beragam. Disisi lain kegiatan berburu tersebut sangat membahayakan binatang, terutama binatang langka. Lambat laun Binatang di tanah Kalimantan khususnya di daerah perbatasan malaysia –Indonesia akan habis. Anak cucu kita nanti tidak akan mengenal lagi yang namanya Rusa, Babi Hutan, Kancil, Monyet, Beruk, Aneka Burung dan lain-lain.
Yang lebih membahayakan adalah akibat beberapa jenis hewan punah, sehingga akan merusak ekkosistem alam. Ada hewan-hewan tertentu seperti tikus akan berkembang pesat karena para predatornya sudah punah. Itu akan meresahkan para petani karena hama tikus ini pasti akan menyerang pertanian penduduk. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar