Jumat, 02 Maret 2012

Produk Malaysia jadi andalan di tanah Garuda


Pasar banyak menyediakan kebutuhan hidup sehari-hari. Dari pasar ini akan di ecer lagi ke warung-warung kecil di Desa. Setiap lembaga pemerintah selalu memantau produk-produk kebutuhan tersebut terutama SEMBAKO. Pengawasan dilakukan dari segi keamanan. Ilegalitas, jenis produk sampai harganya.

Tetapi lain yang terjadi di daerah perbatasan Malaysia-Indonesia di Kabupaten Bengkayang. Hampir semua barang kebutuhan sehari-hari berasal dari produk Malaysia. Seperti minyak goreng, gula, Gas elpiji, berbagai jenis minuman kaleng, aneka snack, bahkan jika BBM sedang langka, BBM tersebut juga dipasok dari Malaysia. Cara masuknya barang-barang tersebut juga dengan berbagai cara, ada yang legal dan ada yang illegal. Untuk barang yang dibawa masuk dari serikin Malaysia, harganya lebih murah dan terjangkau. Sehingga masyarakat juga tidak segan untuk membeli barang tersebut walaupun ada larangan keras dari pemerintah. Jadi untuk berbelanja produk Malaysia tidak harus membuat passport dan berangkat sendiri. Karena produk-produk Malaysia sudah banyak beredar di Indonesia terutama di daerah perbatasan.
Dalam hal ini baik masyarakat yang membawa barang tersebut atau mengkonsumsinya tidak harus disalahkan. Karena melihat kondisi perekonomian rakyat yang masih sangat memprihatinkan khususnya yang ada di kecamatan tujuh belas kabupaten bengkayang , Kal-bar. Banyak sekali para pedagang yang menggantungkan perekonomian keluarganya dengan membawa barang keluar masuk Malaysia-Indonesi.
Dari masyarakat pengkonsumsi, mereka tentunya menginginkan barang kebutuhan yang selalu tersedia disekitar mereka dan harganya bisa dijangkau dengan isi kantong mereka (masyrakat tujuh belas kab. Bengkayang, Kal-bar).
Seandainya para pedagang punya pilihan lain, mereka tidak akan melakukan perdagangan itu. Karena sangat berisiko sekali baik dari segi keamanan maupun resikko perjalanan. Tetapi jika produk pertanian terutama sayuran di jual di daerah sendiri, harganya murah, sedangkan harga pupuk, bibit dan tenaga kerja tinggi. Ini tentu akan semakin menambah hutang di petani maupun penjual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar